Selasa, 24 Juli 2018

Jarak Dibagi Waktu

Belakangan ini (sepertinya) saya bukan lagi seorang introvert. Saya juga bukan lagi orang yang betah di rumah. Nggak tau deh apakah karena saya udah jadi esktrovert atau karena di rumah nggak ada wifi. Intinya, saya senang ketemu temen-temen. Rasanya begitu bersemangat untuk ngobrol banyak hal sama mereka. Walaupun temen saya sedikit, tapi kami solid. Kami bisa ngobrol berjam-jam di kafe tanpa pesan makanan. Cuma pesan air putih. Itu juga buat bareng-bareng. Pokoknya jangan ragukan betapa solidnya kami. 

Di Jakarta ini, ada pengalaman baru yansaya rasakan ketika mau ketemu temen. Saat itu kami janjian ketemu di Pekan Raya Jakarta (PRJ) jam setengah 5 sore. Mengetahui jarak dari rumah ke PRJ lumayan jauh, sekitar 30 km, saya putuskan berangkat jam setengah 4 sore. Saya pikir dengan berangkat satu jam sebelumnya bisa bikin saya datang on time atau paling lama telat 10 menit. Saya juga milih naik KRL supaya terhindar dari macet. Dan setelah melalui perencanaan matang tersebut, tibalah saya di PRJ jam.. 6 sore.

WAKTU PERJALANANNYA 2,5 JAM! 

Bayangin 2,5 jam itu kayak pertandingan bola pakai babak extra time terus lanjut adu penalti. Itu juga pemainnya masih sempat selebrasi keliling lapangan tiga kali. 

Ternyata saya salah mengestimasi waktu perjalanan. Dulu ketika di Jogja, dengan waktu janjian dan jarak yang sama, saya bisa berangkat jam 4 dan sampai tepat waktu. Sementara di Jakarta, berangkat setengah jam sebelum waktu janjian artinya datang telat. Saya berpikir bahwa untuk ketemu temen di Jakarta, saya masih bisa megusahakan tenaga dan biaya, tapi urusan waktu itu hanya Tuhan yang tau. Setelah kejadian ini saya akhirnya menemukan cara memanfaatkan waktu ketika mau ketemu temen di Jakarta: minta mereka datang ke rumah. Niscaya waktu nggak akan abis di jalan. Ya meskipun di rumah nggak ada wifi, kan bisa minta tetherinhandphone temen. Sungguh pertemanan yansolid.


(Cerita ini termasuk dalam serial Cerita Jakarta dan Sekitarnya.)