Minggu, 03 Januari 2016

Buanglah Keluhan pada Tempatnya

Saya ingin mengawali 2016 di blog ini dengan mengeluh. Mungkin bukan cara yang baik untuk memulai tahun baru, tapi menjadikan keluhan atau keresahan sebagai formula menulis selalu menarik. Sebenernya udah ingin ditulis sejak 2015, namun karena alasan satu dan lain hal males dan nggak ada kuota internet , baru kesampean sekarang. Saya memilih blog sebagai platform untuk mengeluh karena saya memberikan kesempatan bagi orang lain untuk membacanya atau nggak sama sekali. Ya, saya sepengertian itu. Najis.

Sebagai jamaah media sosial dan aplikasi komunikasi yang taat, sedikit banyak saya mengamati perilaku-perilaku pengguna lain. Ya, enggak semua pengguna punya cara dan maksud yang sama dalam menggunakannya. Ibarat olahraga futsal, ada yang main karena memang udah hobi, sekedar ikut ngeramein, atau hanya ingin show off depan pacar. Kalo menilai diri sendiri, saya make media sosial hanya untuk caper nyari hiburan dan berbagi informasi. Entah bagaimana dengan pengguna lain, namun ada beberapa hal yang membuat saya berpikir kenapa-gitu-amat-deh. Mari dibahas!



1. Pastilah dalam satu tahun ada aja temen yang ulang tahun. Entah karena mereka hobi atau merasa passion-nya di situ. Bebas. Ketika ada yang ulang tahun, minimal yang kita lakukan adalah ngucapin dong ya. Hal ini wajar-wajar aja sampai ketika tiba waktunya ngucapin di grup LINE atau WhatsApp. Saya nggak pernah kebayang sebelumnya kalo ngucapin ulang tahun aja perlu di-copy paste dari yang udah ngucapin duluan. Iya, kenapa harus copy paste? Kenapa nggak nulis dengan kalimat sendiri? Kalo nulis ucapan ulang taun seribet nulis skripsi, saya maklum. Mungkin bagi sebagian orang ngucapin hanyalah untuk sekedar menggugurkan kewajiban sebagai teman atau biar keliatan ikut sedikit merayakan. Ini mungkin ibarat ada Ustad lagi doa, yang lainnya tinggal meng-amin-kan gitu kali ya.


 *Banyak yang ritwit. Selangkah lagi jadi selebtwit.*

2.  Seperti yang udah saya tulis di atas, saya make media sosial untuk nyari hiburan. Setelah seharian otak dipake keras untuk kuliah dan mikir di mana yang jual makanan murah, otomatis pelarian saya untuk menyegarkan otak kembali adalah dengan buka-buka media sosial semacem Twitter, Path, dan LINE. Namun yang terjadi ternyata isinya kurang lebih orang-orang yang mengeluh dengan harinya. Bukan masalah sebenernya ketika kita mengeluh di media sosial, karena itu juga hak masing-masing. Tapi ada baiknya untuk nggak keseringan mengeluh, karena apa? Karena nggak ada yang peduli. Udah sulit-sulit merangkai kata keluhan, taunya nggak ada yang nanggepin, jadi nambah pikiran lagi. Alasan lain untuk nggak sering mengeluh di media sosial adalah karena orang-orang bisa menilai kita dari apa yang kita tunjukkan. Semacam CV online. Siapa coba yang mau menerima orang-orang yang dikit-dikit ngeluh

"Duh tugas banyak banget belum belajar."

"Capek, mager, males nih cuacanya panas. Huft."

"Ya ampun nyebelin banget sih masa upload foto selfie di Instagram yang ngelike sedikit, dengerin lagu di Path nggak ada yang comment. Huh. I hate my life!"

Saya kagum sama orang-orang yang menggunakan media sosial untuk berbagi informasi-informasi yang seru dan menarik. Entah kenapa hidup mereka seperti nggak ada masalah, walaupun saya tau itu nggak mungkin. Tapi sedikit banyak keseruan yang mereka share berdampak positif bagi yang baca. Bisa jadi ketawa, terhibur, ikut seneng, dan bahkan bisa membuat hari seseorang menjadi lebih baik. Silakan pilih sendiri mau menjadi pengguna yang seperti apa. Saran saya, jadilah bijak layaknya akun Kumpulan Puisi.


                          *Akun LINE Kumpulan Puisi yang sungguh bijak. Cocok jadi panutan.*

3. Satu kegiatan yang membuang-buang waktu di era kekinian adalah manggil seseorang di chat, nunggu dibales, kemudian barulah disampaikan maksud dan tujuan kita nge-chat. Ya, ini masih mending kalo orang yang kita panggil balesnya cepet. Dalam dunia per-chat-an, sebenernya nggak perlu-perlu amat manggil seseorang. Biar orangnya noleh apa gimana? Contohnya.

"Bro." (dikirim 01.23 PM)

Iya kenapa? (dibales 02.56 PM)

"Yah lama banget balesnya. Nggak jadi deh." (dikirim 02.58 PM)

Kenapa nggak langsung ngomong daritadi aja. Setan. (dibales 03.27 PM)

Akan ada waktu yang terbuang percuma hanya untuk menyampaikan maksud kita. Ada baiknya langsung aja menyampaikan maksud tanpa harus nunggu dibales lebih dahulu. Walaupun terkadang hal ini juga bukan berarti akan berhasil. Contohnya.

"Eh besok Minggu pagi jogging yuk." (dikirim 11.25 PM)

Maaf aku nggak bisa. (dibales 12.43 PM. Hari Senin.)

"YA MENURUT KAMU AJA NGAJAKNYA KAPAN, BALESNYA KAPAN."

(Oke maaf saya kebawa emosi, karena ini pengalaman pribadi.)

Intinya dalam berkomunikasi, butuh dua pihak yang saling peka agar maksud dan tujuan bisa tersampaikan dengan baik.

              *Nggak ada yang ritwit. Padahal ini untuk kebaikan bersama. You have been warned.*

4. Sebagai anak generasi 90-an, saya hidup di masa mau ujian SD tapi syarat lulusnya dengan mengirimkan pesan berantai ke semua kontak yang saya punya. Tapi saya enggak segoblok itu. Ya karena memang nggak ada pulsa sih dan punya henpon cuma buat main game snake, supaya trendy dan diterima di lingkungan pergaulan. Selang berapa tahun sejak kejadian itu, saya mengamati hal tersebut telah bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. Dari yang kirim pesan menjadi fakir likes. Dari yang kalo nggak mengirim pesan ini, kamu nggak akan lulus UN berubah menjadi kalo nggak mencet likes, kamu nggak sayang Ibumu. INI HUBUNGANNYA DI MANA ANAK DAJJAL?
Kalo pengen eksis ya nggak perlu gitu-gitu amat. Dan yang lebih bikin saya heran adalah yang mau-maunya mencet likes. Orang-orang kayak gini punya masalah apa ya di hidupnya. Bergeser sedikit, ada aja orang yang masih ketipu sama akun abal-abal di LINE yang motifnya bagi-bagi free coins. Saya kasihan. Punya smartphone tapi penggunanya nggak smart-smart amat. Saya tebak orang-orang kayak gini kebanyakan makan kue cubit green tea setengah mateng.


*Sekarang saya sadar bahwa sungguh berat tugas Pak Anies Baswedan dalam memajukan kecerdasan bangsa.*

Namun selain itu semua, apalah gunanaya punya banyak akun media sosial kalo nggak ada yang bisa di-caper-in, ya kan?