Malam itu salah seorang sobat, Virga, datang ke rumah saya untuk menginap. Setelah beberapa obrolan kecil, ternyata kami merasakan hal yang sama, lapar di tengah malam. Diputuskanlah untuk berangkat ke Gudeg Bromo (Bu Tekluk), salah satu kuliner malam di Jogja yang populer. Sedikit informasi, Gudeg Bromo baru buka sekitar jam 10 malam hingga 3 pagi. Kayaknya pemiliknya emang menyasar orang-orang yang sering laper di jam segitu ya. Namun bisa jadi sekarang kondisinya justru orang-orang sengaja nunda makan malam dan nahan lapar supaya bisa menyantap Gudeg Bromo dengan lebih nikmat. Saking terkenal enaknya gudeg ini.
Sesampainya di Gudeg Bromo, saya dan Virga udah maklum melihat antrian yang mengular, padahal gudegnya baru buka sekitar setengah jam yang lalu. Seperti udah menjadi tradisi di sini, untuk bisa menyantapnya kita perlu ngantri sekitar setengah jam. Kalo lagi benar-benar rame, bisa lebih lama dari itu. Serame apa? Pokoknya bisa bikin driver Go-jek menolak pesanan go-food kita. Cancel aja, katanya. Ya tapi tentu ada usaha ada rasa. Ngantri selama itu emang selayaknya diganjar dengan gudeg yang sungguh nikmat. Seperti sebuah ungkapan dalam bahasa Inggris, every day is one step closer to our dream. Pas ngantri Gudeg Bromo, tiap menit itu kita selangkah lebih dekat dengan tujuan kita, sang gudeg.