Nama adalah doa.
x
Apalah arti sebuah nama.
Mungkin bukan cuma saya aja yang bertanya-bertanya mana yang benar di antara kedua ungkapan itu. Mugkin juga ini bukan masalah mana yang benar dan mana yang salah, tapi mana yang lebih kamu percayai. Lalu, mana yang lebih saya percayai?
Berhubung saya bangga dengan nama saya sendiri, saya lebih percaya dengan ungkapan bahwa nama adalah doa. Saya rasa orangtua memberi saya nama nggak dengan alasan supaya anaknya nggak dipanggil "Heh" atau "Woy" sama orang lain. Ada harapan dan doa kenapa anaknya diberikan nama. Ya kayaknya sih gitu..
Ngomong-ngomong soal nama saya, entah kenapa akhir-akhir ini saya nyesel. Lebih nyesel lagi kenapa baru akhir-akhir ini saya nyeselnya. Jadi ada 4 kata dalam nama saya: Akbar Verezha Bintang Ibrahim. Nama yang bikin kesel ketika ngisi LJK waktu ujian karena ngabisin waktu 5 menit sendiri buat ngehitamin lingkarannya doang. Tapi bukan karena itu saya nyesel. Saya nyesel kenapa dari 4 nama itu, saya lebih milih dipanggil Bintang ketimbang nama yang lain. Saking nyeselnya, saya sampe ganti semua nama aplikasi messanger dan media sosial yang ada Bintangnya.
Jadi pernah ada kejadian yang bikin saya krisis identitas:
Temen : Bin, barusan pacarku nanya (via aplikasi messanger) lagi di mana. Trus aku jawab aja lagi di rumah Bintang.
Saya : Ooh, trus?
Temen : Dia nanya, Bintang itu cowok apa cewek. HAHAHAHAHA.
Kan kampret.
Emang sih kalo dipikir-pikir panggilan Bintang itu unisex, bisa buat cowok, dan pas juga buat cewek. Andaikan di posisi orang lain pun, mungkin saya juga akan bertanya hal yang sama. Nggak ada yang salah punya nama Bintang, tapi terasa salah jika lebih milih dipanggil Bintang dibanding nama-nama lain yang lebih laki. Lagian, apa harapan dengan memberi nama anaknya Bintang?
Tapi jangan salah, saya pernah menanyakan hal ini ke Ibu saya:
Saya : Bu, kenapa aku dikasih nama Bintang?
Ibu : ...
*Ibu saya bukannya nggak menjawab, tapi saya lupa Ibu jawabnya apa.*
Beberapa minggu belakangan ini, munculah keinginan untuk mengganti nama panggilan saya. Ada tiga pilihan nama tersisa yang saya punya yang lebih bisa menunjukkan saya laki-laki.
Pertama, Akbar.
Pernah denger joke kalo nama kita disebut dalam bacaan sholat nanti kita masuk Surga? Sebenernya itu bukan joke lho, itu beneran. Nah kalimat barusan yang joke.
Dalam bahasa Arab, Akbar artinya besar. Kayaknya orangtua saya berharap anaknya bisa jadi orang besar nanti. Orang besar macam Hulk Chairul Tanjung gitu mungkin ya. Saya sendiri juga berharap punya saya besar.. hati dan usahanya. Tapi saya menolak untuk dipanggil Akbar. Alasannya sederhana dan masuk akal: udah banyak yang make.
Kedua, Verezha.
Sebenernya ini adalah nama yang saya bangga-banggakan. Verezha berasal dari nama bulan saya lahir dan gabungan kedua nama orangtua saya. Katanya dulu sebelum saya dipanggil Bintang, panggilan saya adalah Ezha. Entah moment kampret apa yang kemudian saya jadi dipanggil Bintang ketimbang Ezha. Tapi saya lebih memilih nama ini sebagai identitas aja, nggak sebagai nama panggilan. Alasannya juga sederhana dan manusiawi: susah disebut.
Terakhir, Ibrahim.
Gara-gara punya nama Ibrahim, saya selalu menyama-nyamakan diri saya dengan Nabi Ibrahim. Saya sama seperti Nabi Ibrahim, suka berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Saya sama seperti Nabi Ibrahim, ngehancurin barang orang lain tapi nggak ngaku.
Jaman SMA, saya sebenernya lebih suka nama Abraham daripada Ibrahim. Alesannya karena banyak tokoh hebat yang bernama Abraham. Contohnya Abraham Lincoln, Abraham Maslow, ... kayaknya itu aja sih. Beberapa orang juga taunya nama saya itu Abraham bukan Ibrahim. Nama ini juga sempet saya pake di aplikasi messanger dan media sosial. Bahkan saya sempet minta ke Ayah untuk ganti nama saya jadi Abraham saking senengnya sama nama ini.
Dibandingkan nama-nama yang lain, saya memutuskan lebih baik saya dipanggil Ibrahim aja. Alasannya jelas dan rasional: laki-laki banget dan cool.
Hore. Akhirnya saya punya panggilan baru. #NoBintang #NoAgnesMonica #NoDangdut #NoMovie tapi Ibrahim. Semoga rekan-rekan dan kerabat menghargai usaha saya memperbaiki identitas dan jati diri saya.
Eh bentar, nama Ibrahim disebutin dalam bacaan sholat nggak sih?