Ayah : "Tunggu ada rejeki dulu ya."
Saya nggak bisa berkata-kata. Saya sedih ketika mendapatkan pesan ini dari Ayah setelah saya meminta sesuatu. Saya nggak punya apa-apa, semuanya masih minta dari orangtua. Saya malu. Saya merasa menjadi orang yang masih menyia-nyiakan hidup hingga saat ini. Di umur saya yang udah segini, belum ada yang saya lakukan untuk membuat orangtua saya bangga. Di umur saya yang udah segini, belum ada yang bisa saya hasilkan. Seharusnya saya nggak seperti ini.
Mau sampai kapan saya minta-minta kepada orangtua?
Mau sampai kapan saya menghabiskan waktu sia-sia sementara orang lain, di umur yang sama dengan saya, bahkan lebih muda, udah bisa hidup mandiri?
Mau butuh berapa kalimat lagi dari orangtua untuk menyadarkan saya?
Mau sampai kapan saya mengeluh di atas segala sesuatu yang seharusnya saya syukuri?
Udah saatnya saya bertanggungjawab untuk diri saya sendiri. Udah saatnya saya menghargai waktu yang saya punya. Udah saatnya saya menyicil untuk bisa hidup mandiri. Udah saatnya saya mempersiapkan diri untuk masa depan. Udah saatnya saya membahagikan orangtua saya, selagi mereka masih ada.
Saya merasa tulisan ini berantakan. Saya hanya menulis segala sesuatu yang saat ini saya pikirkan dan saya rasakan. Pada intinya adalah saya sadar nggak bisa terus menerus minta dari orangtua, dan seharusnya saya sadar untuk mempersiapkan diri saya menjadi mandiri dari sekarang, nggak menunda-nunda.
Saya kacau tapi saya yakin belum terlambat untuk memperbaiki diri.
Maafkan saya, Ayah dan Ibu, saya terbuai.